A
|
dzan ashar terdengar berkumandang
sangat indah. Siapa lagi kalau bukan Gelar, muadzin sekolah yang merupakan
ketua remaja mesjid di sekolahku. Bukan hanya pandai adzan, gelar pun kerap
kali di bangga-banggakan oleh guru agama. Gara-gara ngajinya itu loh, luar
biasa. Suaranya bagus. Gelar kini menjadi teman dekatku. Hampir di setiap ada
aku pasti ada gelar. Kadang kami di pandang sebelah mata atau di tuduh pacaran
oleh teman-teman, padahal aku sama sekali tak ada perasaan terhadapnya. Gelar
pun tahu jika aku menyukai Angga,kakak kelas kami yang kini entah kuliah diamana.
“Asya” seseorang berlari
mengejarku menuju mushola dan duduk di teras mushola tepat di sampingku.
“eh Han” kataku menyapanya.
Dia hana, teman baikku sekaligus sahabatku.
Hana luas pergaulan nya, ia anak periang dan cerewet. Alhasil ia mendapatkan
banyak teman. Berbeda denganku. Aku sering diam jika di depan umum. Jarang
sekali membuka pembicaraan atau memulai pembicaraan. Hana bilang aku aneh dan
dingin. Mungkin memang itu faktanya. Kami berteman cukup lama, meskipun
terkadang kami berselisih pendapat. Mungkin itulah yang namanya jodoh, dimana
didalamnya ada dua insan yang saling melengkapi.
“tau gak Sya, tadi aku ketemu Rizky”
“wah?” jawabku malas.
“tapi dia dinginn banget Sya. Gak
ngelirik sama sekali pas aku panggil-panggil”
“lagian, ngapain kamu
panggil-panggil sih.”
“hehehe”
“sstttt orang nya ada tuh” aku
menutup mulut nya, ia tidak akan berhenti nyeroscos sebelum ia kelelahan.
Panjang umur. Baru saja kami membicarakan nya, kini ia telah ada di depan kami,
Rizky. adik nya Rafi, orang yang Hana suka. Rafi seangkatan dengan kita,
sedangkan Rizky adiknya beda satu tahun. Dengan santainya, Rizky melepas sepatunya
dan melewati kami untuk mengambil air wudhu.
“Tuh kan dingin banget. Kita
liatin juga dia masih aja kayak gtu”
“kamu ngapain malah jadi pusing
sama Rizky, bukan nya kamu sukanya ke Rafi?. Udah ah, aku mau ngambil wudhu.”
Aku berlalu dari Hana.
Aku mulai memasuki koridor untuk menuju temat
wudhu di belakang mushola. Tempat wudhu di mushola sekolah ku memang di pisah
antara laki-laki dan perempuan. Namun, jalan untuk menuju ke tempat wudhunya
sama, sehingga laki-laki dan perempuan bebas berlalu lalang. Rizky ada di
depanku. Ia berjalan tanpa beban. Ku tajamkan lagi penglihatanku. Apa benar
orang di depanku Rizky. Kenapa ada perasaan aneh ya. Ku tepiskan perasaan aneh
itu dan terus berjalan di belakang nya.
Semua
hal yang aku lakukan dan yang sedang terjadi. Semua nya karena kamu! Kamu yang
sesungguhnya tak pernah bisa aku hilangkan dari syaraf-syaraf otakku. entah kenapa. Aku pun tak tahu. Aku
seharusnya cepat melupakan semua kejadian ini. Tapi kenapa? Malah terbayang
selalu. Dan kau tahu? Aku ingin menjerit sekeras-kerasnya dan berteriak
kepadamu “ apakah kau mengerti?” tapi tunggu, aku sendiri tidak mengerti.
Bagaimana ini? Sebenarnya siapa yang tidak mengerti, aku atau kah kamu? Aku pun
bingung, kenapa semua ini terjadi padaku? Padahal kemarin aku masih baik-baik
saja. Kemarin aku masih tertawa dan membiarkan mu berlalu.
***
“han,kok aku ngerasa ada yang
aneh sama Rizky ya?”
“hah?” seperti dugaanku. Ia
langsung antusias dan mengalihkan pandangan nya kearahku.
“iya. Kalo ngeliat dia itu kayak ngeliat
Angga waktu kecil”
“ah masa sih Sya.. mirip sih
dikit”
“banyak Han, jalan nya. Sikapnya.
Semuanya hampir mirip”
“Hana, Asya. Jangan ngobrol
terus. Perhatikan!” pak Mul yang berlogat batak memarahi kami Hana membetulkan
posisi duduknya sedangkan aku, hanya mengarahkan oandanganku ke papan tulis.
***
+62896545*****
“Rizky?”
“Asya,
liat deh” hana memperlihatkan sent message di Hpku.
“hah?? Apaaan lu?” aku panik. Aku
rebut HP ku dan aku otak-atik. Tapi gak bisa. Pesan nya telah terkirim.
“ini seriusan no Rizky?”
“bener”
Drtttt…. Hp di tanganku bergetar.
“ah ini pasti Rizky “ pikirku
dalam hati.ku buka pelan-pelan. Dan ternyata benar. Rizky mebalas sms Hana.
. +62896545*****
“iya, siapa”
“ah Han, dia ngebales nih. Ah
kamuu nih ya” aku kesal padanya. Apa maksudnya ia seperti itu.
Hana tidak berkomentar apapun, Ia
hanya tersenyum nyengir. Namun di dalam hatiku aku merasa ada sesuatu yang
aneh. Aku merasa harus melanjutkan berkomunikasi dengan nya. Sudah kutepis
beberapa kali pun hasilnya tetap sama. Selalu ada yang aneh jika aku berpapasan
atau melihat Rizky. Aku kemudian membalasnya dengan tidak menyebutkan nama.
Seperti biasa, aku tidak pernah
mau melakukan hal seperti itu. Membuang waktu dengan hal yang tidak berguna.
Namun kali ini, aku ingin me reply semua sms dari mu. semua hal itu di luar
kebiasaanku dan aku pun terus bertanya. “ ada apakah gerangan?” aku terus membalasmu dan kita terlibat
percakapan di Short Message Service (SMS).
Dari sana, mungkin kau kesal atau
bagaimana. Aku tidak tau. Yang jelas gara- gara itu, kau marah terhadapku.
Sebenarnya aku senang. Senang ternyata kamu tidak sedingin yang orang katakan.
Kamu seperti anak lain nya. Suka bercanda, walau sedikit kasar.
Waktu terus berganti, menit terus
berlalu. Aku tetap tidak meberitahumu siapa sebenarnya aku, aku tidak mau ada
kecanggungan atau perbedaan di antara kita. Aku tidak mau kau diam. Namun kau
terus memaksaku dengan berbagai alibi dan mengancamku dengan berbgai cara. Aku
tetap bungkam dan tidak meberi tahumu.
Aku takut kau berubah.
Detik seolah mengejar langkahku.
Aku dan kau sama-sama keras kepala. Aku
tidak mau memberikan identitasku. Dan kamu, tetap penasaran denganku. Seperti
peribahasa, akhirnya kamu mengetahui juga. Kehawatiranku berwujud, kamu mulai
berbeda. Sedikit dingin dan hanya mengeluarkan kata-kata seperlunya. Persis
seperti yang di certiakan Hana. Aku
mulai gelisah dan terus berfikir. Mencari alasan yang paling tepat kenapa aku
begitu khawatir dengan perubahan sikapmu. Bukan hanya itu, aku pun serasa
kehilangan mu. 2 hari, waku untukku mengingatmu.
Rizky, dapatkah kau tahu arti
perasaanku? Aku yakin ini bukan perasaan cinta yang aku rasakan. namun sebuah
perasaan dimana aku ingin selalu berada di dekatmu dan menjadi pelindungmu. Perasaan
apakah yang seperti itu?
Kini aku
hanya bisa diam. Diam menatap senyum mu dan berdoa agar kau selalu di lindungiNYA.
Tak peduli apapun. Aku akui, I miss you so much Rizky!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar